Sabtu, 19 Desember 2009

Cerpen

Malaikat Kaum Rapuh

Memasuki lorong sebuah klub di Jakarta, selalu membuatku berdebar. Aku selalu membayangkan apa yang akan terjadi di dalam. Walaupun setiap aku memasuki klub-klub yang berbeda, selalu tidak pernah ada kejutan yang mengejutkan. Selalu sama. Membosankan! Orang-orang yang membosankan. Minuman yang membosankan. Tontonan yang membosankan. After party yang membosankan. Pagi yang membosankan.Hidup yang membosankan!
Hidup? Aku bahkan seperti mayat berjalan. Tidak punya kehidupan. Wanita lajang berusia 25 tahun yang selalu sendirian adalah hidupku. Aku tidak punya teman, setidaknya untuk lebih dari beberapa hari. Temanku hanya orang-orang yang mencoba berkenalan dan merayuku untuk tidur bersamanya, hanya untuk 1 malam saja kami berteman. Aku juga tidak mempunyai keluarga. Atau tidak merasakan adanya keluarga.
Sudah 15 tahun aku tidak mempunyai sosok seorang ibu untuk dijadikan panutan sebagai seorang wanita. Sedangkan ayahku terlalu giat bekerja hingga tidak menyadari kalo putrinya sudah pernah hamil 3 kali, dan 3 kali juga melakukan aborsi karna para pengecut itu tidak mau hidup denganku dan anak mereka. Seperti yang sudah kubilang, hanya untuk 1 malam. Tapi aku tidak pernah menyesali semua ini, bukan karna aku senang, tapi karna aku merasa inilah jalan hidupku. Dan sebisa mungkin aku tidak akan menyesalinya. Karna kalo aku lakukan, aku mengkhianati tuhanku yang telah berbaik hati mengijinkan aku melihat kehidupan dari sisi yang jarang orang perhatikan.
Karna pada setiap malam aku pergi menghabiskan malam dan terbangun pada salah satu sisi tempat tidur dengan seseorang yang bahkan aku tidak bisa ingat namanya, aku melihat banyak dari mereka yang rapuh dan butuh pertolongan. Mereka butuh malaikat, dan akulah yang ditunjuk olehNYA untuk menolong orang-orang itu. Akulah malaikat dari kaum malam. Setiap malamnya, yang harus aku lakukan adalah menunggu. Menunggu seseorang yang telah sangat hancur hidupnya, hingga tidak tahu lagi harus kemana dan berbuat apa. Dan akhirnya terjebak di keramaian klub, tenggelam dalam cahaya redup dan jatuh jauh ke dalam tetesan alkohol yang membantu sesaat melupakan hidup mereka.Sampai akhirnya mereka mengenaliku, malaikat mereka. Dan membawaku pergi. Dan akhirnya kami mencoba untuk mengenal jauh lebih dekat, mencoba untuk mengerti penderitaan hidup yang telah kami alami selama ini, hanya dalam waktu semalam.
Aku selalu mencoba untuk menjadi pendengar yang baik setiap malamnya, mendengarkan dengan seksama. Memperhatikan. Memberikan pelukan dan ciuman kecil untuk membantunya agar tetap hidup sampai esok hari. Dan kalo memang masalah yang mereka hadapi sangat berat, aku siap untuk menanggalkan semua pakaianku, dan membiarkan mereka menikmati malam ini. Agar mereka tetap hidup, sampai esok hari. Sungguh hidup yang membosankan! Kenapa mereka tidak mengikhlaskan saja hidup mereka, seperti yang aku lakukan. Untuk apa mereka berusaha sangat keras untuk hidup. Berjuang keras untuk mendapatkan kembali kekasih yang telah pergi. Berjuang untuk mempertahankan keluarga yang diambang kehancuran. Berjuang, bahkan hingga berbuat curang, hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang sangat diinginkan.
Untuk apa kita berusaha sekeras itu, kalo semuanya sudah ada yang menentukan. Jadilah sepertiku, tidak punya kehidupan, dan kalian tidak akan mengkhawatirkan apa-apa lagi.Jadilah penolongku. Jadilah malaikatku.
Biarkan tuhan yang mengerjakan dan menyelesaikan semuanya. Bukankah ada semacam pepatah yang bilang :Manusia boleh berusaha, tapi tuhan yang menentukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar